Sabtu, 07 April 2018

LAPORAN IDENTIFIKASI MORFOLOGI PLATYHELMINTHES,ANNELIDA DAN NEMATODA

LAPORAN IDENTIFIKASI MORFOLOGI PLATYHELMINTHES,ANNELIDA DAN NEMATODA
(Fascioala hepatica, Hirudo medicinalis, Ascaris lumbricus)

Siti Hartina
Tadris Biologi, FTIK, IAIN JEMBER
NIM : T20158017

ABSTRAK
Platyhelminthes merupakan cacing yang berbentuk pipih dan mempunyai tubuh simetri radial. Annelida adalah hewan triploblastik yang sudah mempunyai rongga sejati sehingga disebut triploblastik selomata. Nematoda adalah cacing yang berbentuk bulat panjang (gilig) atau seperti benang. Dalam pengamatan yang kami lakukan pada hari Senin,26 Maret 2018, pada pengamtan ini terdapat Fascioala hepatica, Hirudo medicinalis, Ascaris lumbricus sebagai objek pengamatan. Pengamatan tersebut bertujuan untuk Mengidentifikasi karakter morfologi. Metode yang di gunakan adalah dengan mengindentifikasi struktur morfologi nya. Dalam pengamatan ini dapat di ketahui bahwa dari Ascaris lumbricus Filum Annelida, kelas Clitellata memiliki struktur tubuh yang lengkap. Sedangkan Sedangkan Fasciola hepatica yang termasuk filum platyhelminthes memiliki struktur tubuh yang sama dengan Ascaris lumbricidus filum Nematoda. Namun pada Hirudo medicinalis ditemukan struktur tubuh yang tidak ditemukan di  Ascaris lumbricidus maupun Hirudo medicinalis yaitu kutikula.
Kata kunci:  Fascioala hepatica/Hirudo medicinalis/Ascaris lumbricus 

PENDAHULUAN 
            Mahluk hidup di muka bumi beranekaragam. Dari yang hidup di darat, air, udara dan sebagainya, khusunya hewan. Terdapat banyak jenis hewan yang ada di  alam semesta. Ada yang hidup di darat dan ada pula yang di air. Sebagaimana dijelaskan dalam Quran Surah An Nur (24) : 45 yang berbunyi :
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ 
Artinya : “Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” 
              Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan semua jenis hewan. Bahkan ada yang berjalan diatas perutnya, ada yang berjalan dengan dua kaki dan empat kaki. Semuanya mungkin bagi Allah, tidak ada yang mustahil baginya. Sungguh sangat beranekaragam jenis hewan dimuka bumi ini bahkan dari yang terkecil hingga yang terrbesar, semua meiliki perbedaan yang berbeda seperti halnya hewan (Fascioala hepatica, Hirudo medicinalis, Ascaris lumbricus ketiga hewan tersebutmerupakan jenis hewan yang berjalan dengan perutnya atau melata namun dari ketiganya memilki perbedaan. Oleh karena itu dilakukan pengamatan identifikasi morfologi untuk mengetahui perbedaan apa saja yang dimilki oleh hewan ini. 
              Dalam praktikum ini, spesimen yang di amati adalah spesimen Annelida yaitu Fascioala , hepatica, Platyhelminthes yaitu Hirudo medicinalis, dan Nematoda yaitu Ascaris lumbricus
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih. Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga kelas; dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas Turbellaria. Cacing hati adalah parasit eksternal atau internal dari Kelas Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.           
 Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita. (Campbell : 2003)
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Tubuh pipih dorsoventral, tidak berbuku-buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior. Lapisan tubuh tersusun dari 3 lapis (triploblastik aselomata) yaitu ektoderm yang akan berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot – otot dan beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat pencernaan makanan.
Sistem respirasi Platyhelminthes melalui permukaan tubuhnya. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus), usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya. Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi) dan alat ekskresinya berupa sel-sel api. Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium). Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang,  platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hermafrodit. (John : 1999)
Filum Platyhelminthes terbagi menjadi tiga kelas yaitu:    
1. Turbellaria (berambut getar)
Keberadaan: 4000+ spesies di seluruh dunia; hidup di batu dan permukaan sedimen di air, di tanah basah, dan di bawah batang kayu. Hampir semua Turbellaria hidup bebas (bukan parasit) dan sebagian besar adalah hewan laut.  Kebanyakan turbellaria berwarna bening, hitam, atau abu-abu. Namun, beberapa spesies laut, khususnya di turumbu karang, memiliki corak warna lebih cerah. Panjang mulai kurang dari 1 mm hingga 50 cm. Spesies terbesar bertubuh seperti kertas. 
             2. Trematoda (Cacing hisap)
Keberadaan: 12000 spesies di seluruh dunia; hidup di dalam atau pada tubuh hewan lain. Semua cacing hisap adalah parasit, berbentuk silinder atau seperti daun. Panjang berkisar 1 cm hingga 6 cm. Cacing ini memiliki penghisap untuk menempelkan diri ke organ internal atau permukaan luar inangnya, dan semacam kulit keras yang membantu melindungi parasit itu. Organ reproduksinya mengisi hampir keseluruhan bagian interior cacing hisap. Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.
             3. Cestoda (Cacing pita)
Keberadaannya: 3500 spesies di seluruh dunia; hidup sebagai parasit dalam tubuh hewan. Contoh cacing pita adalah Taenia solium dan Taenia saginata yang parasit pada orang. Taenia terdiri dari sebuah kepala bulat yang disebut scolex, sejumlah ruas, yang sama disebut disebut proglotid. Pada kepala terdapat alat hisap dan jenis Taenia solium mempunyai kait (rostellum) yang sangat tajam yang mengunci cacing itu ke lapisan intestinal inang. Di belakang scolex terdapat leher kecil yang selalu tumbuh yang akan menghasilkan proglotid baru yang mula-mula kecil tumbuh menjadi besar. Panjang tubuh cacing pita mencapai 2 m. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri. Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja dengan membawa ribuan telur. Jika termakan hewan lain, telur akan berkembang dan memulai siklus hidup barunya. Cacing pita tidak memiliki saluran pencernaan. Cacing pita menyerap makanan yang telah dicerna terlebih dahulu oleh inang.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna. Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.
Annelida berasal dari kata Annulus yang berarti cincin-cincin kecil, gelang-gelang atau ruas-ruas, dan Oidus yang berarti bentuk. Annelida adalah hewan triploblastik yang sudah mempunyai rongga sejati sehingga disebut triploblastik selomata. Annelida memiliki sistem peredaran darah tertutup, dengan pembuluh darah memanjang sepanjang tubuhnya serta bercabang-cabang di setiap segmen.Annelida mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan kutikula. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Meskipun demikian, antara ruas satu dan lainnya tetap berhubungan sehingga terlihat bentuk seperti cincin yangterkoordinasi. Sistem saraf annelid terdiri dari sebuah otak yang terhubungan denganserabut saraf ventral, dengan sebuah ganglion di setiap segmen.Annelida memiliki sistem pencernaan yang lengkap termasuk faring, lambung, usus, dan kelenjar pencernaan. Pengeluaran dengan nefridia di setiap segmen mengumpulkan zat sampah dari coelom dan mengekskresikannya keluar tubuh (Rusyana : 2011)
            Filum ini ditemukan di sebagian besar lingkungan basah, seperti air tawar dan di laut.Panjang anggotanya mulai dari di bawah satu milimeter sampai tiga meter.Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.
            1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak. Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Contoh : Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidiceoele(cacing wawo).
Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae.Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk berenang sekaligus bertindak sebagai alat pernafasan. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada parapodia, yang membantu polychaeta melekat pada substrat dan juga membantu mereka bergerak. Cacing kerang, seperti Nereis adalah pemangsa yang aktif. Banyak yang memiliki kepala yang berkembang baik, dengan rahang bagus, mata dan organ peraba lainnya.
2.  Oligochaeta
              Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.Contoh :Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah. Oligochaeta contohnya adalah cacing tanah, yang cenderung memiliki sedikit setae yang bergerombol secara langsung dari tubuhnya.   
3. Hirudinea 
       Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin. Kelas Hirudinea contohnya lintah. Kebanyakan tinggal di air tawar, tetapai ada yang di laut atau daratan. (Syulasmi : 2011). 
Nematoda merupakan filum yang paling beragam dalam pseudocoelomates, dan salah satu yang paling beragam dari semua binatang. Spesies nematoda sangat sulit untuk dibedakan, lebih dari 28.000 spesies yang telah diidentifikasi, diantaranya terdapat 16.000 spesies yang bersifat parasit. Kelompok ini dahulu dikenal sebagai Aschelminths atau Pseudocoelomata, saat ini tidak lagi diakui sebagai salah satunya di alam. Hal ini sangat memungkinkan bahwa rancangan tubuh yang sederhana dari mikroorganisme ini telah menunujukkan adanya pengurangan dan penyederhanaan dari lebih dari satu kelompok organisme asal (Ensiklopedia : 2008).
Banyak nematoda yang hidup bebas dan memiliki peran ekologi yang sangat penting sebagai dekomposer dan predator pada mikroorganisme. Walaupun terdapat sejumlah besar nematoda yang hidup bebas ada juga sejumlah sejumlah besar spesies yang bersifat parasit, banyak yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan dan lainnya juga menyerang tanaman. Mayoritas nematoda cukup kecil, dengan berbagai ukuran dari panjang 100 micrometer ( mm atau inchi) hingga ukuran nematoda Diotophyme raksasa betina yang dapat mencapai 1 meter (Ramel, 2008).
Nermatoda mempunyai tiga lapisan embrionik, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Tubuhnya mempunyai rongga tubuh yang semu. Permukaan tubuh ditutupi oleh lapisan kutikula yang keras dan transparan. Cacing yang hidup secara parasit di saluran pencernaan inang dengan memiliki lapisan kutikula lebih tebal yang dibanding dengan cacing yang hidup bebas. Di bawah lapisan kutikula cacing, terdapat epidermis yang biasanya terdiri dari sel-sel. Dinding tubuh dari Nematoda tersusun dari otot longitudinal yang kontraksinya menghasilkan gerakan memukul seperti cemeti. Pseudoselom yang berisi cairan dengan fungsi sebagai rangka hidrostatikdan menunjang gerakan meliuk-liuk. 
 
METODE
Alat dan Bahan Praktikum
Alat yang digunakan untuk melakukan pengamatan diantaranya adalah :pinset, papan seksi sebagai tempat meletakkan specimen yang akan di amati. Kaca pembesar (loup) untuk mengidentifikasi struktur morfologi spesimen yang diamati. Buku identifikasi sebagai panduan dalam melakukan pengamatan. Dan yang terakhir lembar pengamatan & alat tulis sebagai alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan
Bahan yang digunakan untuk melakukan pengamatan diantaranya : Fasciola hepatica, Hirudo medicinalis,  Ascaris lumbricus. 
Waktu, Tempat dan Prosedur Kerja Praktikum
 Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 26 bulan Maret tahun 2018. Praktikum ini bertempat di Laboraturium Terpadu IAIN JEMBER pada pukul 10.30-12.00 WIB. 
Untuk pengamatan specimen Platyhelmintes, Anne;ida, dan Nematoda. Pertama menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya meletakkan spesimen di atas papan seksi, setelah itu mengamati spesimen dengan menggunakan kaca pembesar (lup) untuk memperjelas struktur morfologi specimen. Setelah diamati mencatat karakter morfologi yang meliputi: bentuk tubuh, warna tubuh, simetri tubuh,  dan ukuran tubuh. Setelah mengamati,  menggambarsecara skematis spesimen dan memberi keterangan bagian-bagian tubuhnya. Selanjutnya menulis klasifikasinya mulai tingkat Kingdom sampai Spesies, dan menulis kunci  identifikasinya serta membuat dendogram berdasarkan karakter morfologi yang telahdiamati. Dan terakhir yaitu ,menganalisis hasil pengamatan.

HASIL
   Tabel 1. Tabel . Gambar Fasciola hepatica, Hirudo medicinalis, dan Ascaris lumbricus
Gambar 1. Gambar Fasciola hepatica, Hirudo medicinalis, dan Ascaris lumbricus

PEMBAHASAN
1.       Plathyhelminthes 
        A.Klasifikasi 
             Kingdom : Animalia 
             Phylum    : Platyhelminthes
             Kelas        : Trematoda 
             Ordo        : Echinostomida 
             Familia    : Fasciolidae 
             Genus      : Fasciola 
             Spesies     : Fasciola hepatica 
              Fasciola hepatica merupakan salah satu spesies cacing yang merupakan parasit dalam tubuh manusia. Fasciola tergolong dalam kelas trematoda, filum platyhelminthes. Hospes cacing ini adalah sapi, dan kadang-kadang parasit ini ditemukan pada manusia. ( Ganong, 2003) 
Fasciola hepatica merupakan jenis cacing yang tergolong Platyhelminthes dan termasuk kelas Trematoda dan biasanya menyerang di bagian liver atau hati. Pada saat cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, biasanya besarnya kira-kira 30 x 13 mm. Pada bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada pundak kerucut terdapat batil isap mulut yang besarnya kira-kira 1 mm. Sedangkan pada bagian dasar kerucut terdapat batil isap perut yang besarnya kira-kira 1.6 mm. Saluran pencernaan bercabang-cabang sampai ke ujung distal sekum. Testis dan kelenjar vitelin juga bercabang-cabang. Pada Fasciola hepatica tidak terdapat sistem pernafasan. Cacing dewasa Fasciola hepatica penjangnya ± 2,5 cm (Djarubito : 1994).
 Dan berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, Fasciola hepatica diambil dari hati sapi  yang bertempat di RPH Sumber Sari, Kabupaten Jember memiliki bentuk tubuh pipih dan tidak bersegmen dengan warna tubuh cream. Anterior nya berupa sucker dan posteriornya berupa anus. Adapun simetri tubuhnya bilateral, dan memiliki panjang tubuh 2,5 cm, lebar tubuh 0,5 cm dan berat tubuh 0,1 gram.
2.     Annelida
      B.  Klasifikasi
       Kingdom : Animalia
Phylum    : Annelida
Kelas        : Clitellata
Ordo        : Hirudinida
Familia    : Hirudinidae
Genus      : Hirudo
Spesies     : Hirudo medicinalis
Hirudo Medicinalis  merupakan filum Annelida dan kelas Clitellata yang jenisnya sedikit. Anggota filum Annelida hidup di lingkungan akuatik dan terrestrial. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1–30 cm. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin (Diah : 2006).
Hirudo Medicinalis  berbadan leper, mempunyai 34 gelang dan penghisap pada ujungnya. Ukuran tubuhny  biasa adalah 50 mm dan bahkan mencapai 30 cm. Pada air liur lintah terdapat sekurang-kurangnya 15 jenis zat aktif. Di antaranya ialah sejenis zat yang sama seperti yang terkandung di dalam putih telur. Zat aktif yang terdapat dalam air liur lintah diantaranya Hirudin, Hyaluronidase, Pseudohirudin, Destabilase, Apyrase, Bdellines, Eglines, Kininases, Histamine, Collagenase, Prostanoids, lintah, Proteases, Lipolytic enzymes.
Hirudo Medicinalis  memiliki  struktur tubuh lintah yaitu  anjang tubuh yang mencapai 30 cm.  Tubuh relatif pipih dan dilindungi oleh lapisan kutikula.  Tubuh Hirudo Medicinalis terdiri dari 34 segmen serta tidak mempunyai parapodia dan setae. Hirudo Medicinalis mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior maupun posterior.  Bersifat hermafrodit dan habitatnya di air tawar dan darat (Ensiklopedia Hewan: 2008). 
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan Hirudo Medicinalis merupakan lintah yang berlokasi di Tulungagung. Hirudo Medicinalis  memiliki bentuk tubuh gilig dengan segmen yang berjumalah 32, disetiap segmen  terdiri dari 2-4 anulus. Memiliki alat hisap anterior berupa mulut dan posterior berupa anus.warna tubuh bagian dorsal Hirudo Medicinalis adalah coklat muda dan bagian ventral berwarna coklat tua. Adapun pajang tubuhnya 7,5 cm, lebar 1,8 cm dengan berat tubuh 8,1 gram. Hirudo Medicinalis  memiliki simetri tubuh bilateral. Hirudo Medicinalis  merupakan hewan hemafrodit, diketahui dari praktikum yang kami lakukan terdapat alat kelamin jantan (Male Genospore) yang terletak dekat dengan mulut dan setealah itu terdapat alat kelamin betina (Female Genospore) adapun alat kelamin ini dapat di temukan di bagian dorsal Hirudo Medicinalis  
      3.       Nematoda
        C. Klasifikasi 
             Kingdom  : Animalia
Phylum    : Nematoda
Kelas        : Secernentea
Ordo         : Ascarida
Familia     : Ascarididae
Genus       : Ascaris
Spesies      : Ascaris lumbricus
Ascaris adalah salah satu contoh cacing gilig parasit, tidak punya segmentasi tubuh dan memiliki dinding luar yang halus, bergerak dengan gerakan seperti cambuk. Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut.
Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula. Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin. Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak. Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar telur ascaris.
Ascaris lumbricoides berbentuk silindris dan memiliki ujung anterior tumpul sedangkan ujung posterior runcing. Pada ujung anterior terdapat 3 buah bibir yang tersusun dari  satu bibir terletak dorso medial dan dua bibir terletak di sebelah ventro lateral, ditengahnya terdapat cavum bucalis yang berbentuk segitiga pada tiap-tiap sisi. Terdapat garis-garis longitudinal yang disebut lateral lines. Ascaris lumbricoides mempunyai cuticula yang bergaris-garis melintang menyelubungi tubuhnya (transversal lines). Ukuran Ascaris lumbricoides pada cacing betina : panjang tubuh 20 – 40 cm dan diameter 0,3 – 0,6 cm sedangkan ukuran Ascaris lumbricoides pada cacing jantan : panjang tubuh 15 – 30 cm dan diameter 0,2 – 0,5 cm. Pada bagian posterior cacing betina lurus,  sedangkan bagian posterior Ascaris lumbricoides cacing jantan melengkung ke ventral dengan sepasang spikula (Jasir : 1984)
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Ascaris lumbricoides diambil dari usus babi yang berlokasi di pasar tanjung, Kabupaten Jmeber. Ascaris lumbricoides  memiliki bentuk tubuh bulat dan silidris tidak bersegmen  serta runcing dikedua ujungnya. Ascaris lumbricoides memiliki warna tubuh putih tulang. Bagian anteriornya berupa mulut dan bagian posteriornya berupa anus. Simetri tubuh Ascaris lumbricoides adalah bilateral dengan panjang tubuh 31,8 cm, lebar 0,6 cm dan berat badan 5,7 gram. 

Kladogram 
Tabel 2. Tabel Kladogram Annelida, Platyhelminthes, dan Nematoda
  

Gambar 2. Kladogram Hasil Pengamtan Annelida, Platyhelminthes dan Nematoda




KESIMPULAN 
         Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Hirudo medicinalis filum Annelida merupakan hewan yang memilki struktur tubuh paling lengkap, dari pengfamtan tersebut dapat diketahui bahwa Hirudo medicinalis memiliki struktur tubuh Aneterior berupa mulut, posterior berupa anus, bersegmen, mempunyai dua alat kelamin (Male dan Female genospore) serta annulus  yang terdapat di setiap segemn.
Sedangkan Fasciola hepatica yang termasuk filum platyhelmintes memiliki struktur tubuh yang sama dengan Ascaris lumbricidus filum Nematoda memiliki struktur tubuh yang sama yaitu bagian anterior berupa mulut dan bagian posterior berupa anus. Namun pada Hirudo medicinalis ditemukan struktur tubuh yang tidak ditemukan di  Ascaris lumbricidus maupun Hirudo medicinalis yaitu kutikula.
 
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, Mitcheli. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid. Jakarta: Erlangga
Diah, Aryulina. 2006.  Biologi 1. Jakarta : Erlangga
Djarubito, Brotowidjoyo. M. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Ensiklopedia Hewan (Invertebrata). 2008. Jakarta: Lentera Abadi
F.Ganong,William. 2003. Medical Physiologi and Medical publishing division.  Jakarta :  Gramedia
Jasir, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan. Surabaya : Sinar Wijaya,
John, W. Kimball. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata . Bandung : Alfabeta.
Syulasmi,A. Sriyati, S. Peristiwati. (2011). Petunjuk Praktikum Zoologi Invertebrata. Bandung: Universitas Pendidikan Biologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar